Selasa, 06 Maret 2018

Pengalaman Ikut Event Menulis @30haribercerita

Lama ga menulis di blog, sampai hampir berdebu, akhirnya awal tahun ini saya memutuskan until mulai konsisten menulis lagi di blog. 

Kalau lihat perjalanan untuk mengisinya blog, ada pasang surut untuk rutin mengisinya. Memang benar, bahwa konsiten itu tidak mudah. 

Tahun 2016, alhamdulillaah bisa mengisi blog 1 hari 1 tulisan, walaupun dari segi konten memang masih jauh dari kata berkualitas. Target saat itu adalah konsisten menghidupi blog dengan tulisan. 

Tahun 2017 sama sekali tidak menghidupkan blog. Hanya satu tulisan saja di tahun itu. Selain karena awal tahun 2017 juga sedang hamil Hilya, lalu melahirkan di Mei, dan adaptasi jadi ibu 2 anak, juga merasa menulis di Instagram lebih praktis buat email rempong macam saya. Hehe... Terasa lebih simple aja. Maka tahun 2017 lebih banyak menulis di Instagram. 

Nah, buat tahun 2018, saya ingin sekali membangkitkan diri untuk menulis di blog. Feel menulis di Instagram dan di blog itu berbeda. Targetannya pun berbeda. Okelah, Instagram bisa untuk jadi mini blog, tapi tetap, untuk blog "besar", saya ingin merutinkannya lagi. Itu salah satu resolusi saya tahun ini. 

Tapi... Bagaimana membangkitkan semangat yang mulai redup itu? Hehe... Qadarullah, dikasih tau sama adik kelas kalau ada program yang dihandle oleh temen-temen admin di @30haribercerita. Ini ajakan untuk menulis 1 hari 1 cerita di Instagram selama 30 hari di bulan Januari. Temanya bebas, namun pada hari-hari tertentu, diberikan tema oleh admin. 


Alhamdulillah, jadi challenge buat diri sendiri nih. Akhirnya memantapkan diri untuk ikutan event itu. Ga pengen yang muluk-muluk sih, hanya ingin merutinkan menulis lagi aja. 

Selama satu bulan, buat ngepostingnya cerita setiap harinya itu ga mudah. Kadang ada masanya ngeblank banget, atau ga kerasa, tau-tau udah malem lagi, dan belum nulis apapun, bahkan have no idea buat menulis. Sempet ada yang keteteran juga. 

Tapi akhirnya saya berhasil melewati 30 hari tersebut, meskipun ngos-ngosan, dan ga pernah direpost (#eh), but I enjoyed it. Happy bisa melakukan sesuatu yang awalnya ragu. Biidznillaah... 

Katanya event ini ada setiap awal tahun. Kalau tahun depan masih ada event ini, dan masih Allah kasih kesempatan untuk hidup dan berkarya, mau ikut event ini lagi insyaallah. 🙌🙌🙌


-Bersegeralah karena waktu takkan menantimu-

-Bergeraklah karena diam berarti kematian- 

Senin, 05 Maret 2018

Be Grateful ❤❤❤

Pernah gak sih ngerasain yang namanya dada terasa sesak banget, atau pikiran yang nampak kusut banget, atau ngerasain bete aja mau ngapa-ngapain?

Well, kalau pernah atau bahkan sekarang lagi ngerasain kaya gitu, don't worry, kamu ga sendiri. Bukan kamu aja yang pernah ngerasain kaya gitu. 

At least, saya pernah mengalaminya. Hehe.. jadi saya bisa jadi temen senasib sepenanggungan lah. 

Perasaan yang di atas itu tadi mengganggu banget kan? Mau ngerjain apapun berasa ga optimal, hasilnya malah makin buruk, terus kitanya jadi makin mager deh ngapa-ngapain. 

Saya pernah mengalaminya. Puncaknya adalah awal tahun ini. Saya merasa pesimis, bahkan sama masa depan saya #astaghfirullah.. Saya merasa jadi pribadi yang gak berkembang lagi, berhenti di satu titik, dan entah kapan bisa balik semangat lagi buat mengejar mimpi-mimpi besar saya dulu. Rasanya dada sesak banget dipenuhi pikiran-pikiran negatif macam ini. Pikiran juga bawaannya galau terus. Dan jadi sering banget meledak-ledak. 

Pokoknya hari-hari kelabu banget. Ga ada warna sedikitpun. 😂😂😂

Akhirnya saya melakukan muhasabah, berusaha jujur terhadap diri sendiri. Bicara pada diri sendiri. Terbuka sama Allah.. Dan ternyata Saya menemukan satu kesalahan besar saya yang menjadikan says seperti ini. Kesalahan itu adalah saya kurang banget bisa bersyukur. 

Masih fokus pada apa yang sudah bukan menjadi milik saya. Eits, padahal kan sejatinya memang says ga punya apa-apa ya.. semua hanya dipinjamkan sementara oleh Allah. 

Kekurang bersyukuran ini pengaruhnya besar banget buat saya. Toh Allah juga udah bilang, kalau bersyukur, ya nikmat akan Allah tambah.. huhu.... Astaghfirullah... 

Lihat anak, bahagia mereka itu sederhana banget. Tapi kok says yang orang dewasa, kadang merasa buat bahagia aja syaratnya macem-macem dan ribet. Padahal bahagia itu ya kita yang memulai. Bukan dari ukuran-ukuran yang ribet itu. 

Setelah itu saya berazzam buat jadi pribadi lebih bersyukur lagi. Harus latihan banget. Seperti biasa, saya suka banget jelajahi Pinterest buat cari ide atau inspirasi. Qadarullah, nemu gambar ini.. 


Waah... Ini bisa banget buat dijadikan tools untuk latihan bersyukur tiap harinya. Melist app aja yang bisa kita syukuri setiap harinya. 

Kerasa banget bedanya setelah rutin melist hal-hal kecil yang bisa disyukuri, semua jadi lebih simple. Kalau lagi down, ya tinggal baca 30 list ini. Pasti ada yang bisa disyukuri setiap harinya. Kitanya aja yang sering luput dan kurang peka. 

Semoga ini bisa membantu teman-teman yang sedang mengalami masalah yang sama ya. Be grateful, friends ❤❤❤

-Bersegeralah karena waktu takkan menantimu-

-Bergeraklah karena diam berarti kematian-

Jumat, 23 Februari 2018

Jalani Hidupmu, Nikmati Hari dengan Mulai Syukuri Hal-hal Kecil

Resensi Buku

Judul Buku : Jalani, Nikmati,Syukuri

Penulis : Dwi Suwiknyo

Penerbit : Noktah (DIVA PressGroup)

Cetakan : I, Januari 2018

Tebal Buku : 260 halaman

ISBN : 978-602-50754-5-2


“Bila tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud”(halaman 99)

Kadang kita merasakan sesaknya dada karena masalah yang datang menghampiri, atau ujian yang hadir dalam kehidupan kita, atau bahkan karena kurangnya hati kita dalam mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah pada kita.  

Awal tahun ini, saya merasakan kondisi diri yang begitu labil. Layaknya kebanyakan orang, pada awal tahun biasanya diisi untuk membuat resolusi selama satu tahun ke depan. Resolusi ini menurut saya merupakan salah satu cara agar kita dapat melewati waktu yang akan datang dengan lebih baik lagi, dan sebagai sarana kita untuk mengevaluasi waktu yang sudah berlalu.

Namun, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana saya begitu bersemangat dalam mengevaluasi tahun sebelumnya, juga menyusun resolusi untuk tahun berikutnya, tahun ini saya merasa tidak memiliki kepercayaan diri ujntuk menyusun resolusi di tahun 2018 ini.

Kenapa?

Ya, ternyata saya terlalu pesimis dengan kondisi saya saat ini. Saya tidak memiliki keberanian untuk bermimpi yang besar, khawatir kalau hanya kekecewaan yang akan hadir nanti. Saya,memilih untuk meratapi kondisi saya saat ini, menyesali keputusan-keputusan yang saya ambil, bahkan berangan-angan jikalau saja saya dulu tidak begini,tidak begitu.

Qadarullah, suami mengajak ke toko buku, katanya, biar saya bisa memperoleh inspirasi atau bahkan semangat kembali untuk menghadapi hari. Allah memang Maha Baik. Di toko buku, tangan saya digerakkan untuk mengambil sebuah buku yang tampilannya sudah “eye catching”, dengan font judul yang“kekinian”, dan tentunya judul buku yang sesuai dengan kondisi saya saat ini.Judul buku itu adalah “Jalani, Nikmati,Syukuri”


“Bila ada satu situasi yang tidak menyenangkan, ingatlah puluhan situasi menyenangkan yang pernah kita lalui. Teruslah bersyukur sampai kita lupacaranya mengeluh.” (halaman 168)


Mengeluh. Tidak bersyukur.

Mungkin inilah pangkal dari masalah yang saya hadapi saat ini. Saya merasa belum mencapai apa yang disebut oleh orang lain sebagai “kesuksesan”. Dan keadaan ini yang membuat saya sering merasa terpojok dan minder, sehingga tidak memiliki kepercayaan diri untuk bermimpi besar. Saya selalu merasa bahwa diri ini tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Bahkan kadang merasa tidak berharga. Astaghfirullaah..


Buku “Jalani, Nikmati, Syukuri”ini saya tuntaskan membaca tidak lebih dari 24 jam saja. Itupun dilakukan sambil mengasuh balita dan bayi. Cepat sekali, namun tidak terburu-buru. Buku ini, ditulis dengan bahasa yang ringan, tidak terkesan menggurui, namun mampu membuat pembacanya merasa tertampar, ketika mengambil hikmah dan nasihat dalam buku ini.

Bukan, bukan tertampar yang menyakitkan, namun tertampar dengan lembut, dan menghujam ke dalam hati,sehingga menyadarkan pikiran jernih kita.

Setiap halamannya meminta untuk dibaca dan dibaca terus hingga usai. Buku ini menggambarkan keadaan yang dekat sekali dengan keseharian kita. Penulis mampu menghadirkan gambaran kehidupan kita saat ini, dan mengajak kita untuk melihat hal-hal yang seringkali luput dari rasa syukur kita.

Selain bahasa yang ringan, dalam buku ini juga disajikan ilustrasi yang mampu menjelaskan maksud penulis.Ilustrasi yang berupa contoh kasus, maupun komik, sehingga pembaca bisa menangkap pesan yang disampaikan penulis dengan lebih mudah.

Ada beberapa bab yang paling saya sukai dalam buku ini, karena sangat sesuai dengan kondisi yang tengah saya alami, yaitu :

1. Kesuksesan Kita Berbeda

“Apa yang kita anggap biasa-biasa saja, bisa jadi bagi orang lain sangat berharga. Begitu juga apa yang orang lain anggap biasa-biasa saja, bisa jadi bagi kita justru sangat berharga.” (halaman157)

Ukuran kesuksesan kita dengan orang lain bisa jadi berbeda. Saat orang lain menganggap kita belum mencapai kesuksesan menurut mereka, maka kita tak perlu kecil hati untuk terus mencapai apa yang kita anggap sebagai ukuran kesuksesan bagi diri kita. Ada orang yang menganggap bahwa memiliki rumah besar, kendaraan mewah,bisa pergi ke luar negeri, adalah sebagai ukuran kesuksesan. Namun, ada orang yang menganggap bahwa kesuksesan adalah saat ketika bisa bermanfaat bagi oranglain. Pada akhirnya, masing-masing akan berjuang untuk meraih definisi sukses menurut pribadinya. Maka yang harus kita lakukan adalah fokus pada impian kita sendiri, meskipun ada yang meremehkan, kita tetap konsisten untuk meraih mimpi.

2. Berdamai dengan Diri Sendiri

“Sebelum seseorang berkomitmen atas apa yang telah ia putuskan, sungguh ia pernah melewati masa sulit, sekaligus berhasil melewati masa penuh keraguan.” (halaman 184)

Saat kita susah menikmati apa yang kita jalankan hari ini, hal itu disebabkan karena adanya jarak antara idealisme yang kita miliki, dan kondisi realita yang kita hadapi.Pada akhirnya, kita akan merasa galau. Disinilah kita harus memutuskan untuk berdamai dengan diri sendiri. Apakah akan menurunkan idealisme yang kita miliki, atau mengubah kondisi yang ada saat ini untuk mencapai idealisme kita.Setelah itu, sabar dan konsisten dalam menjalani pilihan kita.

3. Mencoba Tetap Bertahan

“Apakah bahagia itu bersyarat? Bila iya,cukuplah rasa syukur sebagai syaratnya.”(halaman 239)

Ada banyak alasan yang mampu membuat kita tidak menyerah dan memutuskan untuk tetap bertahan, meskipun dalam kondisi yang tidak enak. Karena sejatinya, bukan situasi yang membuat kita merasa gelisah, namun keyakinan kepada Allah yang melemah.

Buku ini, mengajak kita menyusuri riak-riak hikmah yang kadang luput kita cerna dalam perjalanan hidup kita didunia.Seringkali, kita terlalu terlena oleh hiruk pikuknya dunia, sehingga membuat hati kita tak lagi peka untuk mensyukuri hal-hal kecil yang ada di sekeliling kita. 

Dua kata untuk buku ini, “baarakallah fiik” untuk penulis. Semoga menjadi amal jariyah di sisi Allah. Bersyukur dapat menggali hikmah dan nasihat dalam buku ini. Buku yang bermanfaat.

Buku ini cocok untuk dibaca siapapun, untuk memperbaharui kembali cara pandang kita terhadap hidup, dan memaknai hakikat syukur lebih dalam lagi.

Selamat membaca!

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-

-Bergeraklah, karena diam berarti kematian- 

Minggu, 04 Februari 2018

Do'a yang Terlantun

Seberapa banyak do'a yang kita lantunkan pada Allah?

Seberapa banyak pinta dan harap yang kita titipkan dalam setiap sujud kita pada Allah?

Dan.. seberapa banyak do'a yang menurut kita telah Allah kabulkan?

Ya.. sesungguhnya, manusia hanya bisa berikhtiar menembus langit dengan do'a-do'anya..

Kita hanya mampu berusaha menjemput takdir terbaik kita.

Jika yang hadir tidak sesuai dengan apa yang kita panjatkan, apakah kecewa yang muncul, lalu berpaling dariNya?

Hikmah itu, mungkin takkan kita dapatkan hari ini, atau esok.. mungkin berbilang tahun yang akan datang, barulah hikmah itu menghampiri..

-Bersegeralah karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah karena diam berarti kematian-


Jumat, 02 Februari 2018

Jiwa yang Bahagia

Sini-sini, mari kita kembali berbicara tentang mimpi.
Mimpimu, tentunya.

Kau tahu, bagaimana para salafush shalih mencita-citakan akhir kehidupannya?
Mencita-citakan sepenuh asa, hingga terwujud dalam akhir yang indah.

Menjaga nyalanya seumur hidup, dibalut husnuzhan pada Rabbul 'izzati..


Mereka yang biidznillaah, tak hanya mencita-citakan hal remeh temeh keduniawian
Namun melangitkan cita-cita akhiratnya pada Pemilik Alam

Hingga akhirnya, semesta berbisik,
"Bergembiralah, Rabbmu ridha padamu"

Bahagianya....

-Bersegeralah karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah karena diam berarti kematian-

Dear My Blog (2018)

Hi my blog!
Ini sudah memasuki Ferbruari 2018.
Long time no see ya...

Terakhir update tahun lalu, Januari 2017. Dan yaaa... Itu jadi tulisan satu-satunya di tahun 2017.

Awal 2017 itu lagi hamil sekitar 4 bulanan... Bener-bener ga update blog. Latihan menulis, praktis hanya di Instagram, dan ikut lomba-lomba aja di tahun 2017.

Alhamdulillaah, dari lomba yang diikuti, ada yang masuk juga. Semoga tahun ini bukunya bisa terbit.


Februari ini juga insyaallah jadwal terbit buku antologi tentang penghapal Qur'an. Doakan semoga lancar yaaa....

Itu kabarku sekarang, my blog.. semoga ke depan aku bisa rutin merawat dan memeliharamu yaa... Karena ternyata, istiqomah itu ga mudah yaa 😁😁

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Rabu, 25 Januari 2017

Tulisan Perdana 2017

Sudah lama sekali tidak menyentuh blog ini.. Dari pertengahan tahun lalu...

Alhasil, target 1 tulisan 1 hari tahun lalu pun tidak tercapai... Hehe..

Setelah lebaran tahun lalu, hibernasi cukup lama dalam menulis blog.. Sampai alhamdulillah saat September 2016, aku mulai merasa mual-mual dan pusing... Alhamdulillah diizinkan hamil yang kedua..

Awal kehamilan yang sekarang ini jauh lebih berat daripada saat hamil Umar dulu. Mudah pusing kalau menatap layar lama-lama, mual sepanjang hari, muntah sehari 4-6x..

Jadi masa awal kehamilan ini memang mengurangi bersentuhan dengan gadget. Hanya saat-saat tertentu saja kubuka gadget. Grup-grup whatsapp atau line pun hanya kubuka yang penting saja.

Admin medsos ITSAR pun jadi sempat terbengkalai... Hehe..

Tapi semoga kali ini, di tahun ini, bisa kembali bangkit untuk menulis lagi. Ingin berlatih terus. Walau mungkin rasa malas masih mendominasi.. hehe.. harus dilawan. Ini pun baru mulai menulis di blog setelah hari ke 25 di tahun 2017. Semoga tidak terlambat. 😁😁😁

-Bersegeralah, karena waktu takkan menantimu-
-Bergeraklah, karena diam berarti kematian-

Selamat Datang di Alam Pejuang

Kehidupan yang dimaknai dengan kontribusi
Kehidupan yang diwarnai dengan amal nyata
Karena kita,, dilahirkan untuk menjadi Pengukir Sejarah

About Me

Foto saya
Seorang sanguinis, yang lebih menyukai menumpahkan segala sesuatunya melalui tulisan. Karena dengan menulis, membuatnya merasakan kebebasan dan petualangan. Mencoba menata diri untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih mencintai Rabbnya dari waktu ke waktu..